Kamis, 20 April 2017

Praktik Manual Plasenta

STIKES Darul Azhar Batulicin
Dosen Pengampu : Lidia Widia,SST,.M.Kes
Mata Kuliah         : Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal



Video Praktik Manual Plasenta

https://drive.google.com/file/d/0BzYP-M8_9Oe3YnBTTUdCLWVxSzA/view?usp=sharing

Semoga Bermanfaat.. ^_^




MANUAL PLASENTA


A.        Definisi Manual Plasenta
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 menit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, plasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.
B.       Etiologi
Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :
1.      Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:
a.       Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
b.      Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
c.       Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
d.      Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e.       Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
2.      Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya
3.      Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
4.      Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
·       Darah penderita terlalu banyak hilang,
·       Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi,
·       Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
C.        Patologis
            Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :
a.       Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
b.      Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
c.       Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
d.      Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
Manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas 400 cc dan teriadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandainya masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.
Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infuse RL/ NaCl dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat.
Komplikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi / komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.
 D.              Tanda dan Gejala Klinis
1.      Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
2.      Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
3.      Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
4.      Placenta tidak segera lahir > 30 menit.
E.        Penatalaksanaan
            Prosedur Plasenta Manual
Persiapan
a.     Pasang set dan cairan infus RL/NaCl
b.    Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
c.     Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal
d.    Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
e.    Pastikan kandung kemih kosong karena kandung kemih yang penuh dapat menggeser letak uterus.
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
1.      Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong.
2.      Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai.
3.      Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
4.      Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.
5.      Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
6.      Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
Melepas plasenta dari dinding uterus
7.      Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
a.       Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu)
b.      Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas (anterior ibu)
8.      Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
Catatan:
·               Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena hal itu menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).
·               Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (misoprostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Mengeluarkan plasenta
9.      Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
10.  Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah).
11.  Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis) uterus kearah dorso- kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan.
Pencegahan infeksi pascatindakan
12.  Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan.
13.  Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
14.  Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
15.  Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.
Pemantauan pasca tindakan
16.  Periksa kembali tanda vital ibu.
17.  Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan.
18.  Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan.
19.  Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.
20.  Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pascatindakan sebelum dipindah ke ruang rawat gabung.

Senin, 03 April 2017

Praktik Pertolongan Persalinan Sungsang




STIKES DARUL AZHAR BATULICIN 

Dosen Pengampu : Lidia Widia,SST,.M.Kes
Mata Kuliah : Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

 

Pertolongan Persalinan Sungsang 



Semoga bermanfaat.. 😊




LETAK SUNGSANG

A.           Pengertian
Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis, dibagi menjadi:
1.        Letak  bokong murni (frank breech) :
Bokong yang menjadi  bagian depan, kedua tungkai lurus keatas
2.        Letak bokong kaki (complete breech) :
Disamping bokong teraba kaki, biasa disebut letak bokong kaki sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba satu kaki
3.        Letak lutut
4.        Letak kaki (incomplete breech presentation) :
Presentasi kaki. (Obstetrik Patologi ; 132).

B.            Etiologi
Faktor-faktor presentasi bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang berlebihan. Kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit, fibra, myoma,hydrocepalus dan janin besar. Banyak yang diketahui sebabnya, ada pesentasi bokong membakal. Beberapa ibu melahirkan bayinya semua dengan presentasi bokong menunjukkan bahwa bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong daripada presentasi kepala..Implantasi plasenta di fundus atau di tonus uteri cenderung untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong.

C.           Patofisiologis
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalamuterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janindapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang, Pada  kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative  berkurang.Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar dari pada kepala, makabokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa  pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi,sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.  Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu.Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.

D.           Tanda dan gejala
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa kehamilannyaterasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian atas dan gerakanlebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum bisadirasakan perbedaannya.Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah adayang sungsang.Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold Idifundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggungdisatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah uterus.Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.Denyut jantung janin pada umumnyaditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.

E.            Diagnosis
Untuk menegakan diagnosis maka yang harus dilakukan oleh seorang bidan adalah melakukan :
1.        Anamnesis: pergerakan anak teraba oleh ibu dibagian perut bawah, ibu sering merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada daerah tulang iga karena kepala janin.
2.        Palpasi: teraba bagian keras, bundar, melenting pada fundus. Punggung dapat diraba pada salah satu sisi perut, bagian kecil pada sisi yang berlawanan, diatas simphisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
3.        Auskultasi: denyut jantung janin (DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas pada tempat yang paling tinggi (sejajar atau lebih tinggi dari pusat).
4.        Vagina Toucher: tebagi 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera ossis ischia dan ujung os sacrum, anus, genetalia anak jika edema tidak terlalu besar dapat diraba.
5.        Perbedaan antara letak sungsang dan kepala pada pemeriksaan dalam jika anus posisi terendah maka akan teraba lubang kecil, tidak ada tulang, tidak menghisap, keluar meconium, jika presentasi kaki maka akan teraba 90, terasa jari-jari , pada presentasi lutut akan terasa patella dan popliteal. Pada presentasi mulut maka akan terasa ada hisapan di jari, teraba rahang dan lidah. Pre3sentasi tangan siku: terasa jari panjang, tidak rata, patella (-).
6.        Untuk menentukan perbedaan tangan dan kaki: pada kaki ada kalkaneus, sehingga terjadi tonjolan tulang yaitu mata kaki dan kalkaneus. Pada tangan hanya ada mata dipergelangan tangan, kaki tidak dapat dilurskan terhadap tungkai, jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki. (Obstetri Patologi ; 132).

F.            Penatalaksanaan
1.        Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa dari pada letak sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi) (1).
2.        Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu.
Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (1,2,4). Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).








Praktik KBI dan KBE

STIKES Darul Azhar Batulicin Program Studi D-III Kebidanan Dosen Pengampu : Lidia Widia,SST,.M.Kes Mata Kuliah         : Asuhan Kegawatdar...