Dosen Pengampu : Lidia Widia,SST,.M.Kes
Mata Kuliah : Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Video Praktik Manual Plasenta
https://drive.google.com/file/d/0BzYP-M8_9Oe3YnBTTUdCLWVxSzA/view?usp=sharing
Semoga Bermanfaat.. ^_^
MANUAL PLASENTA
A. Definisi Manual Plasenta
Manual
plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya
pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual
yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong
persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya
ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn
tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30
menit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika
dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, plasenta sebaiknya
dikeluarkan dengan segera.
B. Etiologi
Indikasi
pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada
kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan
dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak
lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi
ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan
tali pusat putus.
Retensio
plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar
gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:
a. Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
b. Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
c. Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
d. Plasenta
perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya
3. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
4. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
· Darah penderita terlalu banyak hilang,
· Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi,
· Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
C. Patologis
Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :
a. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
b. Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
c. Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
d. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
Manual
plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas 400
cc dan teriadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandainya
masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat dikirim ke
puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.
Dalam
melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infuse
RL/ NaCl dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga
yang dapat memberikan pertolongan darurat.
Komplikasi
dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi / komplikasi
yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ
failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi
organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini
villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung
dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta inakreta dan
plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan
melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan perdarahan. Jika
disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk mengeluarkan
plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi dan
mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.
D. Tanda dan Gejala Klinis
1. Anamnesis,
meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi
mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta
riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum
sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul
perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
2. Pada
pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis
servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
3. Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
4. Placenta tidak segera lahir > 30 menit.
E. Penatalaksanaan
Prosedur Plasenta Manual
Persiapan
a. Pasang set dan cairan infus RL/NaCl
b. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
c. Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal
d. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
e. Pastikan kandung kemih kosong karena kandung kemih yang penuh dapat menggeser letak uterus.
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
1. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong.
2. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai.
3. Secara
obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah)
ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
4. Setelah
mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/penolong lain untuk
memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.
5. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
6. Bentangkan
tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat
ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
Melepas plasenta dari dinding uterus
7. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
a. Bila
plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah
atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu)
b. Bila
di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus
dimana punggung tangan menghadap ke atas (anterior ibu)
8. Setelah
ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan
kiri sambil digeserkan ke atas (kranial ibu) hingga semua perlekatan
plasenta terlepas dari dinding uterus.
Catatan:
· Bila
tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama
tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena
hal itu menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).
· Bila
hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian
lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal
tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi
uterotonika tambahan (misoprostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk ke
fasilitas kesehatan rujukan.
Mengeluarkan plasenta
9. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
10. Pindahkan
tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus)
kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil
tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan
darah).
11. Lakukan
penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis) uterus kearah
dorso- kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di
dalam wadah yang telah disediakan.
Pencegahan infeksi pascatindakan
12. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan.
13. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
14. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
15. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.
Pemantauan pasca tindakan
16. Periksa kembali tanda vital ibu.
17. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan.
18. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan.
19. Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.
20. Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pascatindakan sebelum dipindah ke ruang rawat gabung.